PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten Kulon Progo

PPK di Kulon Progo dimulai pada Oktober tahun 1998 meliputi 5 kecamatan. Setahun kemudian tambah dua kecamatan, dan pada tahun ketiga bertambah lagi 3 kecamatan. Dan itu semua adalah PPK fase I. Di fase II, 5 kecamatan pertama memasuki phase out, tidak lagi mendapatkan pendampingan Fasilitator, sehingga hanya ada 5 kecamatan. Di tahun berikutnya 2 kecamatan memasuki phase out, dan tinggal 3 kecamatan. Tahun 2006, fase III, 10 kecamatan mendapat pendampingan Fasilitator kembali. Paska gempa bumi Bantul, kegiatan PPK bertambah 1 kecamatan lagi sehingga total menjadi 11 kecamatan hingga sekarang yang meliputi 80 desa. Keikutsertaan kecamatan tersebut dapat dilihat dalam tabel.1.

BLM

CAPAIAN YANG DIDAPAT

Sejak tahun 1998-1999 hingga sekarang ini, total dana BLM PPK dan PNPM Mandiri Perdesaan yang telah dimanfaatkan di Kulon Progo mencapai Rp 129,2 M (rincian lihat tabel 1.). Secara umum, hasil pelaksanaan PPK dan PNPM memberikan sejumlah asset bagi masyarakat, yaitu :

  1. Para pelaku di tingkat desa dan kecamatan. masyarakat yang aktif berperan sebagai pelaku (stake holder) ada di masing-masing kecamatan.
  2. Sistem dan perilaku pembangunan yang partisipatif, transparan dan akuntabel. Hal ini bisa digambarkan dengan respon masyarakat terhadap pelaksanaan usulan kegiatan yang didanai BLM PPK-PNPM.
  3. Kelembagaan masyarakat di tingkat kecamatan.Kelembagaan ini adalah Unit Pengelola Kegiatan yang mengelola dana perguliran dan Badan kerjasama Antar Desa yang diproyeksikan untuk membangun koordinasi antar desa. Kedua lembaga ini secara formal masih berpayung dalam program.
  4. Dana bergulir.Dari total dana BLM tersebut di atas sebanyak Rp 21,4 M dialokasikan sebagai modal perguliran, dan saat ini dana tersebut sudah mencapai lebih dari Rp 33 M.
  5. Sarana dan prasarana umum.Sarana dan prasarana umum yang telah didanai meliputi infrastruktur perdesaan di bidang transportasi antar dusun dan antar desa, infrastruktur pemukiman perdesaan, infrastruktur pertanian, sarana dan prasarana di bidang pendidikan maupun kesehatan.

PEDOMAN MENULIS

Pedoman Menulis

Good Practices

Menulis merupakan bentuk lain dari cara bercerita atau menyampaikan informasi/ ide, gagasan/ peristiwa kepada pihak lain, yang sumber informasinya bisa berasal dari peristiwa atau kejadian yang dialami sendiri, mendengar langsung, disaksikan sendiri, atau diceritakan oleh orang lain. Dengan demikian menulis cerita itu merupakan suatu cara penyampaian informasi secara tidak langsung melalui perantaraan kertas dan pena. Oleh sebab itu, bercerita melalui sebuah tulisan biasanya menggunakan kalimat tidak langsung. Sedangkan kalimat langsungnya, hanya digunakan sebagai “kutipan” untuk mempertegas apa yang ingin disampaikan oleh si penulis atau si pembicara yang dimintai pendapat oleh penulis (narasumber).

Apa yang harus diperhatikan dalam menulis termasuk menulis Good Practices?

1.       Rumus Menulis = 5 W + 1 H

Tulisan yang layak dibaca dan memiliki nilai berita yang tinggi adalah tulisan yang memenuhi unsur 5 W + 1 H. Jadi, apapun informasi atau cerita yang akan disampaikan, harus memenuhi unsur-unsur itu. Dengan memenuhi 5 w + 1 H, maka pertanyaan-pertanyaan yang muncul tentang sebuah informasi atau cerita akan terjawab dengan jelas. Sehingga informasi atau cerita itu dapat dipercaya dan layak untuk dicerna.

5 W + 1H terdiri dari :

  • WHAT    : apa yang terjadi, apa yang penting dan menarik, apa    yang dilakukannya, apa yang dikatakannya, dll
  • WHERE  : dimana hal itu terjadi/ dilakukan
  • WHEN    : kapan hal itu terjadi/ dilakukan
  • WHO     : siapa dia, siapa yang melakukannya, siapa korbannya, siapa saja yang terlibat, apa hubungan mereka, bagaimana jati dirinya, dll
  • WHY      : kenapa hal itu terjadi/ dilakukan, apa  alasannya, dll
  • HOW      : bagaimana hal itu terjadi/ dilakukan, seperti  apa prosesnya, bagaimana dampaknya, dl

Contoh:

UPK  berhasil menyelesaikan tunggakan.

Who                         What

Kalimat diatas sangat tidak memadai untuk sebuah tulisan. Kenapa? Karena hanya memuat dua kunci rumus, yakni what dan who. Orang yang membaca tentu akan bertanya-tanya: dimana ibu itu menangkap maling, bagaimana caranya, siapakah gerangan ibu itu, lalu kapan peristiwa itu terjadi, dan lain-lain.

Bandingkan dengan yang ini:

Pengurus UPK Kecamatan A   berhasil memfasilitasi penyelesaian tunggakan kelompok Mawar.     Who                                        What

Dengan menggunakan pendekatan personal, akhirnya anggota kelompok yang menunggak mau melunasinya.                                             How

Pelunasan tunggakan dilakukan di kantor UPK Kecamatan A oleh ketua kelompok  

                                                                             Where    

Senin (1/3) lalu.

       When

2.       Tentukan Satu Tema Khusus/ Spesifik

Tulisan yang baik adalah tulisan yang hanya mengulas atau menceritakan satu tema yang jelas, fokus dan tidak melebar kemana-mana. Misalkan, bila konsultan/fasilitator ingin menuliskan tentang swadaya, maka sebaiknya mengulas dan membahas segala sesuatu tentang swadaya saja. Tetapi, sebetulnya, tema swadaya sendiri terlalu lebar. Oleh sebab itu, akan lebih mudah bila konsultan/fasilitator menentukan tema khusus yang jelas dan lebih spesifik. Misalnya, membahas tentang fenomena tingginya angka swadaya masyarakat di sebuah desa saja, lengkap dengan 5 W + 1H –nya.

3.       Lengkapi Bahan dan Data

Baik tidaknya sebuah tulisan, sangat ditentukan dengan bahan dan data yang disajikan. Selain harus lengkap, bahan dan data yang disajikan juga harus akurat. Oleh sebab itu, sedapat mungkin, bahan dan data yang disajikan harus diperoleh dari sumber terpercaya atau pihak pertama. Kalaupun mendapat informasi dari pihak lain, maka sebaiknya dicek ulang dengan pihak pertama.

Bahan dan data yang dimaksud, bukan hanya bahan dan data berupa angka, tetapi juga “kutipan” atau penjelasan penting dari pihak-pihak yang dianggap menjadi juru kunci (tokoh) dalam informasi atau cerita yang akan disampaikan. Bila konsultan akan membuat tulisan, maka hendaknya melengkapi bahan dan data dengan optimal. Salah satu cara mudah untuk menggali bahan dan data agar menjadi lengkap adalah dengan memanfaatkan rumus 5 W + 1H.

4.       Rangkaikan Bahan dan Data

Untuk menghindari kesulitan dalam menentukan kapan atau dari mana memulai sebuah tulisan, maka langkah awal yang perlu dilakukan yaitu; menentukan satu tema utama dan melengkapinya dengan bahan dan data  (5 W + 1H). Dengan cara itu maka kesulitan dalam memulai sebuah tulisan akan terhindarkan, karena pada saat menggali dan mengumpulkan bahan dan data, biasanya akan tercetus atau terbayang tema khusus dan spesifik yang akan disampaikan, sekaligus menjadi awal pembuka tulisan yang akan dibuat.

 

Nilai Jual Tulisan:

 

  • Menampilkan isu penting / menarik / paling hangat
  • Memiliki kedekatan dengan pembacanya
  • Sudut pandang yang menarik/ khas/ unik/ lain dari yang lain
    • Manusia menggigit anjing –lebih menarik dibanding– Ajing menggigit manusia
  • Memiliki satu tema khusus/ spesifik
  • Gaya bertutur lugas :
    • Tidak bertele-tele/ didramatisir
    • Menggunakan kalimat singkat padat
    • Memiliki alur cerita yang teratur

 

 5.       Baca Kembali dan Edit

Setelah merangkaikan bahan dan data yang dimiliki sesuai dengan tema khusus yang akan disampaikan, sebaiknya rangkaian kata dan kalimat yang dibuat dibaca kembali. Apakah alur ceritanya sudah teratur, apakah gaya bahasanya sudah baik, atau apakah ada informasi yang tertinggal atau justru berlebih?

6.       Memberi Judul

Setelah puas dengan hasil rangkaian bahan dan data, serta alur cerita dan gaya bahasa yang dipakai sesuai dengan tema tulisan yang diusung, silakan diberi judul!

Apabila kualitas tulisan secara keseluruhan dianggap masih dibawah standar, maka pengeditan akan dilakukan oleh Unit IEC di KM – Nasional di Jakarta.